Senin, 14 Januari 2013

Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Nama beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Shalih bin Muhammad bin Utsaimin Al-Wuhaibi At-Tamimy. Beliau dilahirkan di kota Unaizah pada tanggal 27 Ramadhan tahun 1347H. Beliau belajar Alquran kepada kakek dari pihak ibunya, yaitu Abdurahman bin Sulaiman Ali Damigh sampai hafal, selanjutnya beliau belajar Khath, berhitung dan sastra.
Seorang ulama besar, Syeikh Abdurahman As-Sa'dy telah menunjuk dua orang muridnya agar mengajar anak-anak kecil, masing-masing adalah Syeikh Ali Ash-Shalihy dan Syeikh Muhammad bin Abdul Aziz Al-Muthawwa. Kepada Syeikh Muhammad bin Abdul Aziz inilah beliau belajar kitab Mukhtasharul Aqidah Al-Wasithiyah dan Minhaajus Saalikin Fil Fiqhi, keduanya karya Syeikh Abdurahman As-Sa’dy dan Al-Ajrumiyah serta Al-Alfiyah.
Lalu kepada Syeikh Abdurrahman bin Ali 'Audan beliau belajar Fara'idh dan Fiqih. Kepada Syeikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'dy yang dikategorikan sebagai Syeikhnya yang utama beliau belajar kitab tauhid, tafsir, hadits, fiqih, fara'idh, musthalahul hadis, nahwu dan sharaf.
Syeikh Utsaimin memiliki tempat terhormat dalam pandangan Syeikhnya, hal ini terbukti di antaranya ketika ayahanda beliau pindah ke Riyadh pada masa awal perkembanganya dan ingin agar anaknya, Muhammad Al-Utsaimin pindah bersamanya. Maka Syeikh Abdurrahman As-Sa'dy (sang guru) menulis surat kepada ayahanda beliau: "Ini tidak boleh terjadi, kami ingin agar Muhammad tetap tinggal di sini sehingga dia bisa banyak mengambil manfaat."
Berkomentar tentang Syeikh tersebut, Syeikh Utsaimin mengatakan: "Syeikh As-Sa'dy sungguh banyak memberi pengaruh kepada saya dalam hal metode mengajar, memaparkan ilmu serta pendekatannya kepada para siswa melalui contoh-contoh dan substansi-substansi makna. Beliau juga banyak memberi pengaruh kepada saya dalam hal akhlak. Syeikh As-Sa'dy adalah seorang yang memiliki akhlak agung dan mulia, sangat mendalam ilmunya serta kuat dan tekun ibadahnya. Beliau suka mencandai anak-anak kecil, pandai membuat senang dan tertawa orang-orang dewasa. Syeikh As-Sa'dy adalah orang yang paling baik akhlaknya dari orang-orang yang pernah saya lihat."
Syeikh Utsaimin juga belajar kepada Syeikh Abdul Aziz bin Bazz Hafizhahullah, Syeikh Abdul Aziz bin Bazz adalah guru kedua beliau, setelah Syeikh As-Sa’dy. Kepada Syeikh Bin Bazz beliau belajar kitab Shahihul Bukhari dan beberapa kitab karya Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dan kitab-kitab Fiqih.
Mengomentari Syeikh Bin Bazz, Syeikh Utsamin mengatakan: "Syeikh Bin Bazz banyak mempengaruhi saya dalam hal perhatian beliau yang sangat intens terhadap hadis. Saya juga banyak terpengaruh dengan akhlak beliau dan kelapangannya terhadap sesama manusia."
Pada tahun 1371H, beliau mulai mengajar di masjid. Ketika dibuka Mahad Ilmi, beliau masuk tahun 1372H, Syeikh Utsaimin mengisahkan: "Saya masuk Mahad Ilmi pada tahun kedua (dari berdirinya Mahad) atas saran Syeikh Ali Ash-Shalihy, setelah sebelumnya mendapat izin dari Syeikh Sa'dy. Ketika itu Mahad Ilmi dibagi menjadi dua bagian: Umum dan Khusus, saya masuk ke bagian Khusus, saat itu dikenal pula dengan sistem loncat kelas. Yakni seorang siswa boleh belajar ketika liburan panjang dan mengikuti tes kenaikan di awal tahun. Jika lulus dia boleh di kelas yang lebih tinggi. Dengan sistem itu saya bisa menghemat waktu."
Setelah dua tahun menamatkan belajar di Mahad Ilmi, beliau lalu ditunjuk sebagai guru di Mahad ilmi Unaizah sambil melanjutkan kuliah di Fakultas Syariah dan tetap juga belajar di bawah bimbingan Abdurahman As-Sa’dy.
Ketika As-Sa’dy wafat beliau ditetapkan sebagai Imam Masjid di Unaizah, mengajar di Maktabah Unaizah Al-Wathaniyah dan masih tetap pula mengajar di Mahad Ilmi. Setelah itu beliau pindah mengajar di Cabang Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud Qashim pada fakultas Syariah dan Ushuluddin hingga sekarang. Kini beliau menjadi anggota Hai'atu Kibaril Ulama (di Indonesia semacam MUI) Kerajaan Saudi Arabia. Syeikh Utsaimin memiliki andil besar di medan dakwah kepada Allah Azza wa Jalla, beliau selalu mengikuti berbagai perkembangan dan situasi dakwah di berbagai tempat.
Perlu dicatat, bahwa Yang Mulia Syeikh Muhammad bin Ibrahim  telah berkali-kali menawarkan kepada Syeikh Utsaimin untuk menjadi qadhi (hakim), bahkan telah mengeluarkan Surat Keputusan yang menetapkan beliau sebagai Ketua Mahkamah Syariah dikota Ihsa, tetapi setelah melalui berbagai pendekatan pribadi, akhirnya Mahkamah memahami ketidaksediaan Syeikh Utsaimin memangku jabatan ketua Mahkamah .
Syeikh Utsaimin memiliki karangan lebih dari 40 buah. Di antaranya berupa kitab dan risalah. Insya Allah semua karya beliau akan dikodifikasikan menjadi satu kitab dalam Majmu'ul Fatawa war Rasa'il

Tidak ada komentar:

Posting Komentar