Senin, 14 Januari 2013

Dr. Yusuf Al-Qaradawi




Lahir di sebuah desa kecil di Mesir bernama Shafth Turaab di tengah Delta pada 9 September 1926. Usia 10 tahun, ia sudah hafal Alquran. Menamatkan pendidikan di Mahad Thantha dan Mahad Tsanawi, Qardhawi terus melanjutkan ke Universitas Al-Azhar, Fakultas Ushuluddin. Dan lulus tahun 1952.
Tapi gelar doktornya baru dia peroleh pada tahun 1972 dengan disertasi "Zakat dan Dampaknya Dalam Penanggulangan Kemiskinan", yang kemudian di sempurnakan menjadi Fiqih Zakat. Sebuah buku yang sangat konprehensif membahas persoalan zakat dengan nuansa modern.
Sebab keterlambatannya meraih gelar doktor, karena dia sempat meninggalkan Mesir akibat kejamnya rezim yang berkuasa saat itu. Ia terpaksa menuju Qatar pada tahun 1961 dan di sana sempat mendirikan Fakultas Syariah di Universitas Qatar. Pada saat yang sama, ia juga mendirikan Pusat Kajian Sejarah dan Sunnah Nabi. Ia mendapat kewarganegaraan Qatar dan menjadikan Doha sebagai tempat tinggalnya.
Dalam perjalanan hidupnya, Qardhawi pernah mengenyam pendidikan penjara sejak dari mudanya. Saat Mesir dipegang Raja Faruk, dia masuk penjara tahun 1949, saat umurnya masih 23 tahun, karena keterlibatannya dalam pergerakan Ikhwanul Muslimin. Pada April tahun 1956, ia ditangkap lagi saat terjadi Revolusi Juni di Mesir. Bulan Oktober kembali ia mendekam di penjara militer selama dua tahun.
Qardhawi terkenal dengan khutbah-khutbahnya yang berani sehingga sempat dilarang sebagai khatib di sebuah masjid di daerah Zamalik. Alasannya, khutbah-khutbahnya dinilai menciptakan opini umum tentang ketidakadilan rejim saat itu.
Qardhawi memiliki tujuh anak. Empat putri dan tiga putra. Sebagai seorang ulama yang sangat terbuka, dia membebaskan anak-anaknya untuk menuntut ilmu apa saja sesuai dengan minat dan bakat serta kecenderungan masing-masing. Dan hebatnya lagi, dia tidak membedakan pendidikan yang harus ditempuh anak-anak perempuannya dan anak laki-lakinya.
Salah seorang putrinya memperoleh gelar doktor fisika dalam bidang nuklir dari Inggris. Putri keduanya memperoleh gelar doktor dalam bidang kimia juga dari Inggris, sedangkan yang ketiga masih menempuh S3. Adapun yang keempat telah menyelesaikan pendidikan S1-nya di Universitas Texas Amerika.
Anak laki-laki yang pertama menempuh S3 dalam bidang teknik elektro di Amerika, yang kedua belajar di Universitas Darul Ulum Mesir. Sedangkan yang bungsu telah menyelesaikan kuliahnya pada fakultas teknik jurusan listrik.
Dilihat dari beragamnya pendidikan anak-anaknya, kita bisa membaca sikap dan pandangan Qardhawi terhadap pendidikan modern. Dari tujuh anaknya, hanya satu yang belajar di Universitas Darul Ulum Mesir dan menempuh pendidikan agama. Sedangkan yang lainnya, mengambil pendidikan umum dan semuanya ditempuh di luar negeri. Sebabnya ialah, karena Qardhawi merupakan seorang ulama yang menolak pembagian ilmu secara dikotomis. Semua ilmu bisa islami dan tidak islami, tergantung kepada orang yang memandang dan mempergunakannya. Pemisahan ilmu secara dikotomis itu, menurut Qardhawi, telah menghambat kemajuan umat Islam.

Mereka berkata tentang Dr. Yusuf Al Qaradawi sebagai berikut :
1. Hasan Al-Banna : "Sesungguhnya ia adalah seorang penyair yang jempolan dan berbakat".
2. Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz mantan mufti kerajaan Saudi berkata: "Buku-bukunya memiliki bobot ilmiyah dan sangat berpengaruh di dunia Islam."
3. Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani ahli hadis terkemuka abad 20 berkata, "Saya diminta (Al-Qaradawi) untuk meneliti riwayat hadis serta menjelaskan keshahihan dan ke dha'ifan hadis yang terdapat dalam bukunya (Halal wal Haram). Hal itu menunjukkan ia memiliki akhlak yang mulia dan pribadi yang baik. Saya mengetahui semua secara langsung. Setiap dia bertemu saya dalam satu kesempatan, ia akan selalu menanyakan kepada saya tentang hadis atau masalah fiqih. Dia melakukan itu agar ia mengetahui pendapat saya mengenai masalah itu dan ia dapat mengambil manfaat dari pendapat saya tersebut. Itu semua menunjukkan kerendahan hatinya yang sangat tinggi serta kesopanan dan adab yang tiada tara. Semoga Allah SWT mendatangkan manfaat dengan keberadaannya”.
4. Imam Abul Hasan An-Nadwi, ulama terkenal asal India berkata: "Al-Qaradawi adalah seorang alim yang sangat dalam ilmunya sekaligus sebagai pendidik kelas dunia”.
5. Al-Allamah Musthafa Az-Zarqa, ahli fiqih asal Suriah berkata: "Al-Qaradawi adalah Hujjah zaman ini dan ia merupakan nikmat Allah atas kaum muslimin."
6. Al-Muhaddis Abdul Fattah Abu Ghuddah, ahli hadis asal Suriah dan tokoh Ikhwanul Muslimin berkata: "Al-Qaradawi adalah mursyid kita. Ia adalah seorang Allamah."
7. Syeikh Qadhi Husein Ahmad, amir Jami’ah Islami Pakistan berkata: "Al-Qaradawi adalah madrasah ilmiyah fiqhiyah dan da'awiyah. Wajib bagi umat untuk mereguk ilmunya yang sejuk."
8. Syeikh Thaha Jabir Al-Ulwani, direktur International Institute of Islamic Thought di AS - berkata: "Al Qaradawi adalah faqihnya para dai dan dainya para faqih."
9. Syeikh Muhammad Al-GhazalI, dai dan ulama besar asal Mesir yang pernah menjadi guru Al-Qaradawi sekaligus tokoh Ikhwanul Muslimin berkata: "Al Qaradawi adalah salah seorang Imam kaum muslimin zaman ini yang mampu menggabungkan fiqih antara akal dengan atsar." Ketika ditanya lagi tentang Al-Qaradawi, ia menjawab, "Saya gurunya, tetapi ia ustadku. Syeikh dulu pernah menjadi muridku, tetapi kini ia telah menjadi guruku."
10. Syeikh Abdullah bin Baih, dosen Universitas Malik Abdul Aziz di Saudi berkata: "Sesungguhnya Allamah Dr. Yusuf Al-Qaradawi adalah sosok yang tidak perlu lagi pujian karena ia adalah seorang alim yang memiliki keluasan ilmu bagaikan samudera. Ia adalah seorang dai yang sangat berpengaruh. Seorang murabbi generasi Islam yang sangat jempolan dan seorang reformis yang berbakti dengan amal dan perkataan. Ia sebarkan ilmu dan hikmah karena ia adalah sosok pendidik yang profesional."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar