Senin, 14 Januari 2013

Ibnu Sina




Ibnu Sina merupakan seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter Islam. Sumbangannya dalam bidang kedokteran bukan saja diakui oleh dunia Islam tetapi juga oleh para sarjana Barat. Nama lengkap Ibnu Sina ialah Abu Ali Al-Hussian Ibnu Abdullah. Tetapi di Barat, beliau lebih dikenali sebagai Avicenna.
Ibnu Sina dilahirkan di Persia, sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan pada tahun 370H/980 M. Pengajian peringkat awalnya bermula di Bukhara dalam bidang bahasa dan sastra. Selain itu, beliau turut mempelajari ilmu-ilmu lain seperti geometri, logika, matematika, sains, fiqih, dan kedokteran.
Walaupun Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu pengetahuan termasuk falsafah tetapi beliau lebih menonjol dalam bidang kedokteran . Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern”. George Sarton menyebut Ibnu Sina “ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu”. Bukunya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
Ibnu Sina mulanya menjadi terkenal setelah berhasil menyembuhkan penyakit Putra Nub Ibnu Nas Al-Samani yang gagal diobati oleh dokter yang lain.
Bukunya Al Qanun fil Tabib telah diterbitkan di Roma pada tahun 1593 sebelum dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Precepts of Medicine. Dalam jangka waktu tidak sampai 100 tahun, buku itu telah dicetak ke dalam 15 bahasa. Pada abad ke-17, buku tersebut telah dijadikan sebagai bahan rujukan diuniversitas-universitas Itali dan Perancis. Bahkan hingga abad ke-19, bukunya masih dicetak ulang dan digunakan oleh para pelajar kedokteran.
Ibnu Sina juga telah menghasilkan sebuah buku yang diberi judul Remedies for The Heart . Dalam buku itu, beliau telah menceritakan dan menguraikan 760 jenis penyakit bersama dengan cara untuk mengobatinya. Hasil tulisan Ibnu Sina sebenarnya tidak terbatas kepada ilmu kedokteran  saja. Tetapi turut merangkum bidang dan ilmu lain seperti metafisika, musik, astronomi, syair, prosa, dan agama.
Penguasaannya dalam berbagai bidang ilmu itu telah menjadikannya seorang tokoh sarjana yang serba bisa. Ibnu Sina juga menduduki peringkat pertama dalam bidang ilmu logika sehingga diberi gelar guru ketiga. Dalam bidang penulisan, Ibnu Sina telah menghasilkan ratusan karya termasuk kumpulan risalah yang berisi hasil sastra kreatif.
Hal yang lebih menakjubkan pada Ibnu Sina ialah beliau juga merupakan seorang ahli falsafah yang terkenal. Beliau pernah menulis sebuah buku berjudul An-Najah yang membicarakan persoalan falsafah. Pemikiran falsafah Ibnu Sina banyak dipengaruhi oleh aliran falsafah Al-Farabi yang telah menghidupkan pemikiran Aristoteles. Oleh sebab itu, pandangan kedokteran Ibnu Sina turut dipengaruhi oleh asas dan teori perubatan Yunani khususnya Hippocrates.
Kedokteran Yunani berasaskan teori empat unsur yang dinamakan humours yaitu darah, lendir,  empedu kuning (yellow bile), dan empedu hitam (black bile). Menurut teori ini, kesehatan seseorang mempunyai hubungan dengan campuran keempat unsur tersebut. Keempat  unsur itu harus berada pada kadar yang seimbang dan apabila keseimbangan ini diganggu maka seseorang akan mendapat penyakit.
Setiap individu dikatakan mempunyai formula keseimbangan yang berlainan. Meskipun teori itu didapati tidak tepat tetapi telah meletakkan satu landasan kukuh kepada dunia kedokteran untuk mengenal pasti penyakit pada manusia. Ibnu Sina telah menapis teori-teori Yunani ini dan mengislamkannya.
Ibnu Sina percaya bahwa setiap tubuh manusia terdiri dari empat unsur yaitu tanah, air, api, dan angin. Keempat unsur ini memberikan sifat lembap, sejuk, panas, dan kering serta sentiasa bergantung kepada unsur lain yang terdapat dalam alam ini.
Pengaruh pemikiran Yunani bukan saja dapat dilihat dalam pandangan Ibnu Sina mengenai kesehatan, tetapi juga bidang falsafah. Ibnu Sina berpendapat bahwa matematika boleh digunakan untuk mengenal Tuhan. Pandangan semacam itu pernah dikemukakan oleh ahli falsafah Yunani seperti Pythagoras untuk menguraikan mengenai sesuatu kejadian. Bagi Pythagoras, sesuatu hal mempunyai angka-angka dan angka itu berkuasa di alam ini. Berdasarkan pandangan itu, maka Imam Al-Ghazali telah mencap faham Ibnu Sina sebagai sesat dan lebih berbahaya daripada kepercayaan Yahudi dan Nasrani.
Sebenarnya, Ibnu Sina tidak pernah menolak kekuasaan Tuhan. Dalam buku An-Najah, Ibnu Sina telah menyatakan bahwa pencipta yang dinamakan sebagai Wajib al-Wujud ialah satu. Dia tidak berbentuk dan tidak boleh disamakan dengan apapun.
Tetapi tidaklah wajib segala yang wujud itu datang dari Wajib al-Wujud sebab Dia berkehendak bukan mengikut kehendak. Walau bagaimanapun, tidak menjadi halangan bagi Wajib al-Wujud untuk melimpahkan segala yang wujud sebab kesempurnaan dan ketinggian-Nya.
Pemikiran Ibnu Sina ini telah rnencetuskan kontroversi dan telah di tetapkan sebagai satu percobaan untuk membahas zat Allah. Al-Ghazali telah menulis sebuah buku yang berjudul Tahafat Al-Falasifah (Tidak Ada Kesinambungan Dalam Pemikiran Ahli Falsafah) untuk membahas pemikiran Ibnu Sina dan al-Farabi.
Antara persoalan yang diutarakan oleh Al-Ghazali ialah penyangkalan terhadap kepercayaan dalam keabadian planet bumi, penyangkalan terhadap penafian Ibnu  Sina dan Al-Farabi mengenai pembangkitan jasad manusia dengan perasaan kebahagiaan dan kesengsaraan di surga atau neraka.
Walau apa pun pandangan yang dikemukakan, sumbangan Ibnu Sina dalam perkembangan falsafah Islam tidak mungkin dapat dinafikan. Bahkan beliau boleh dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab menyusun ilmu falsafah dan sains dalam Islam. Sesungguhnya, Ibnu Sina tidak saja unggul dalam bidang kedokteran tetapi kehebatan dalam bidang falsafah melampaui  gurunya sendiri yaitu Al-Farabi.

1 komentar:

  1. admin, ada yang perlu dibaca

    TENTANG IBNU SINA SEBENARNYA

    https://aslibumiayu.net/10249-ibnu-sina-banyak-kaum-muslimin-yang-kagum-padanya-tahukah-anda-apa-akidahnya.html


    SANGAT PENTING

    BalasHapus