Senin, 14 Januari 2013

Ibnu Khaldun




Ibnu Khaldun atau nama sebenarnya Wali Al-Din Abdurahman bin Muhammad bin Abu Bakar Muhammad bin Al-Hasan lahir di Tunis pada 1 Ramadan 732H. Keluarganya berasal dari keturunan Arab Hadramaut yang pernah menetap di Servilla, Italy, dan Spanyol. Akhirnya berpindah dan menetap di Afrika Utara semasa pemerintahan Hafs Abu Zakariya, pemerintah Tunis pada waktu itu.
Ibnu Khaldun mendapat pendidikan dalam berbagai ilmu Islam seperti Alquran, hadis, perundang-undangan Islam, kesusastraan, falsafah, dan bahasa. Diantara gurunya ialah Muhammad Ibrahim Al-Abili, Abu Abdullah Al-Jayyani, Abdullah Muhammad bin Abd Al-Salam.
Ibnu Khaldun menjadi cendekiawan yang agung sehingga disanjung oleh Barat karena hasil jerih payahnya, akan tetapi jarang umat Islam yang mengajinya. Sebenarnya, sumbangan pemikiran Ibnu Khaldun dalam ekonomi banyak dimuat dalam hasil karya agungnya, Al-Muqaddimah. Antara teori ekonomi yang terdapat dalam karyanya masih layak digunakan hingga sekarang.
Ibnu Khaldun telah membicarakan beberapa prinsip dan falsafah ekonomi seperti keadilan (Justice), hardworking, kerja sama (cooperation), kesederhanaan (moderation), dan fairness.
Ibnu Khaldun telah menekankan bahwa keadilan merupakan tulang belakang ekonomi. Apabila keadilan tidak dapat dilaksanakan, sebuah negara akan hancur dan musnah.
Menurut beliau, ketidakadilan tidak saja difahami sebagai merampas uang atau harta orang lain tanpa sebab yang pasti. Akan tetapi, mengambil harta orang lain atau menggunakan tenaganya secara paksa atau membuat dakwaan palsu terhadap orang lain. Begitu juga kalau meminta seseorang melakukan sesuatu yang berlawanan dengan Islam.
Ketidakadilan seperti di atas membawa kepada runtuhnya sebuah. Menurut Ibnu Khaldun, atas sebab itulah semua bentuk ketidakadilan dilarang oleh Islam.
Berdasarkan analisa yang mendalam, didapati kesemua teori ekonomi Ibnu Khaldun tentang manusia berdasarkan kepada prinsip-prinsip dan falsafah Islam. Ibnu Khaldun tidak melihat fungsi utama manusia dalam aktivitas perekonomiannya seperti hewan ekonomi (economic animal). Sebaliknya beliau menganggap manusia itu sebagai manusia Islam (Islamic man/homo Islamicus) yang memerlukan pengetahuan ekonomi untuk memenuhi tujuannya di atas muka bumi ini.
Dalam hal ini, Ibnu Khaldun menekankan perlunya manusia menjauhi perbuatan jahat. Sebaliknya manusia wajib mengikuti ajaran Islam sebagai model untuk memperbaiki dirinya dan tidak melupakan kehidupan akhirat.
Ibnu Khaldun mengemukakan teori bahwa kehidupan perekonomian senantiasa mengarah ke arah pelaksanaan keseimbangan antara penawaran dengan permintaan.
Menurut Ibnu Khaldun semua usaha manusia dan semua tenaga buruh  perlu digunakan untuk mendapatkan modal dan keuntungan. Menurut Ibnu Khaldun juga harga barang terdiri dari tiga elemen utama yaitu gaji atau upah, keuntungan, dan cukai. Ketiga  elemen ini merupakan suatu hal yang akan tetap kembali kepada masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar