Selasa, 15 Januari 2013

Mahasiswi Ini Menabung Sejak Balita Demi Naik Haji



Seorang jamaahnya Putri Sentika (19 tahun) ternyata sudah mengumpulkan uang untuk berangkat haji sejak usia 1,5 tahun. Tentunya, semua berkat dorongan orangtua yang telah menabung khusus untuknya. Setelah terus menabung selama 19 tahun, akhirnya Putri diperkenankan untuk berangkat ke Mekkah tahun 2011 ini. Apalagi, dia juga melanjutkan tabungan khusus berhajinya itu dengan uang jajan dan pemberian orangtua. Dan yang lebih membuat Putri bahagia, dia berangkat haji bersama seluruh keluarganya. Putri merasa nyaman dan sangat berbahagia bisa melengkapi ibadah rukun Islam kelima secara bersamaan. Karena umumnya jamaah calon haji hanya dipanggil secara pribadi oleh Allah.

Perempuan kelahiran 8 Juni 1992 itu mengaku, pada 2008 lalu dia bersama enam anggota keluarganya didaftarkan berangkat haji oleh Ayahnya, Prayitno. "Alhamdulillah, Allah memanggil kami sekeluarga sekalian dengan nenek dan tante untuk beribadah haji tahun ini," ujar Putri kepada wartawan Rabu (19/10/2011) di Asrama Haji Embarkasi Medan. Putri mengatakan ingin sekali melihat segala kebesaran Allah di tanah suci. Seperti pusat kiblat umat Islam yakni Kabbah, menemukan raudah, mengunjungi makam Rasul, dan tempat-tempat bersejarah lainnya. Namun yang terutama beribadah dan menyerahkan diri secara penuh di rumah Allah.

Mahasiswi Fakultas Ekonomi ini telah memohon ijin selama 40 hari untuk fokus ibadah di Mekkah. Tetapi teman-teman di kampusnya tak lupa menitipkan doa agar dibacakan sesampainya di Mekkah. "Lumayan banyaklah yang mengirimkan doa, umumnya memohon mendapat panggilan Allah agar berhasil memijakkan kaki di tanah Arab", ucap anak Prayitno dan Nurhamidah. Kemudian Putri juga akan bermohon, agar Allah SWT memberi kesehatan dan rejeki serta kemudahan dalam menjalani hidup di dunia. Dan mendapatkan keberkahan akhirat, sehingga pintu surga terbuka lebar untuknya dan keluarga besar.

( Sumber : TribunNews )

Senin, 14 Januari 2013

Ekonomi Islam untuk Indonesia

Ekonomi Islam untuk Indonesia
Oleh: Abu Haris

Pada 2011, Indonesia telah di golongkan dalam  negara berpendapatan menengah (PDB per kapita US$3.000). Posisi Indonesia ini didukung pengelolaan ekonomi makro dan fiskal yang relatif baik, stabilitas politik domestik yang baik, memiliki potensi ekonomi berupa SDA melimpah dan kekuatan demografi yang mendukung, serta membaiknya posisi Indonesia di dunia internasional, yang ditunjukkan dengan keikutsertaannya dalam G-20.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga konsisten (sekitar 6% per tahun). Hal ini didukung oleh semakin membaiknya kegiatan investasi. Pada 2025, Indonesia diperkirakan akan memiliki pangsa terhadap pertumbuhan PDB global sekitar 2,81%. Indonesia juga berpeluang menjadi salah satu emerging market terbesar di dunia. Indonesia memiliki keuntungan demografi, karena struktur usia penduduk Indonesia pada 2025 nanti akan dihuni oleh kelompok penduduk berusia produktif. China saat ini disebut sebagai leader emerging market, namun China memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap Indonesia dalam hal sumber-sumber energi dan pangan. Pada 2025, China diperkirakan akan memiliki posisi demografi yang tidak menguntungkan, karena penduduk usia produktifnya akan semakin mengecil. Pertumbuhan ekonomi China yang saat ini tinggi (rata-rata 9%), sesungguhnya karena China sedang menikmati demographic dividend, seiring dengan kelompok masyarakat menengahnya yang saat ini jumlahnya besar.
Sekarang ini, Indonesia mulai membenah diri di bidang ekonomi. Ekonomi Islam menjadi solusi bagi Indonesia untuk membangun perekonomian nasional. Hal ini di dukung dengan perkembangan Ekonomi Islam di dunia yang mengalami peningkatan pesat sejak berkumpulnya negara-negara muslim yang tergabung dalam OKI di Jeddah pada tahun 1975. Ekonomi Islam tidak hanya diterima dinegara-negara OKI, tetapi juga negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Inggris, Luxembrug, Singapura. Pertimbangan kemajuan Ekonomi Islam ini juga didukung oleh banyaknya umat muslim didunia dan SDA yang melimpah. Umat muslim adalah umat kedua terbanyak didunia dengan jumlah sekitar 2,3 Milyar jiwa (PEW Research Centre’s Forum on Religion & Public Life. Mapping The Moeslim Population. October 2009).
Fitur sistem Ekonomi Islam yang paling terkenal adalah sistem finansial non-ribawi (free base interest). Karena bunga adalah akar dari semua krisis finansial yang dialami perekonomian modern. Dari data yang diperoleh dari BIS, pada April 2004, rata-rata volume transaksi harian valas mencapai US$ 1,9 triliun, yang terdiri dari transaksi spot US$ 0,6 triliun dan transaksi derivatif US$ 1,3 triliun. Volume transaksi yang terjadi pada perdagangan dunia di sektor rill hanya US$ 6 triliun setiap tahun (Nasution, 2006). Oleh karena itu gap antara sektor rill dan moneter majadi semakin tinnggi. Penerapan bunga juga membuat output di sektor rill “dipaksa” tumbuh sesuai dengan tingkat yang diinginkan sektor finansial. Dengan demikian, penerapan bunga secara sistemik akan membuat upaya-upaya mendapatkan laba jangka pendek semakin marak sehingga mendorong eksploitasi sumber daya manusia dan alam secara berlebihan yang sering berujung pada krisis sosial dan ekologi. Di dalam dunia modern, dampak bunga terhadap perekonomian dan lingkungan menjadi semakin mengkhawatirkan. Ketika sistem bunga dikombinasikan dengan reserve fractional banking, maka efek inflasioner bunga bertemu dengan kemampuan sektor perbankan untuk menciptakan uang. Dampaknya adalah pertumbuhan uang beredar yang masif dan semakin cepat menuju tak terbatas.
            Absensi Riba dalam perekonomian (sektor riil) mencegah penumpukan harta pada sekelompok orang (money concentration & creation), dimana hal tersebut berpotensi terjadinya misalokasi produksi (menghambat perkembangan sektor riil) dan eksploitasi perekonomian (eksploitasi pelaku ekonomi atas pelaku yang lain dan eksploitasi sistem atas pelaku ekonomi). Absensi Riba mencegah timbulnya gangguan-gangguan dalam sektor riil, seperti inflasi dan penurunan produktifitas ekonomi makro. Absensi Riba mendorong terciptanya aktifitas ekonomi yang adil, stabil dan sustainable melalui mekanisme bagi hasil (profit-loss sharing) yang produktif. Dengan sistem finansial seperti ini (Ekonomi Islam), sektor rill akan bergerak lebih cepat. Bergeraknya cepatnya sektor rill akan meningkatkan produksi dan lapangan kerja Maka hal ini akan bermanfaat bagi masyarakat karena produksi naik bersaman juga daya beli masyarakat naik. Artinya ada yang menyerap produksi tambahan atau dengan kata lain kenaikan kebutuhan diimbangi dengan kenaikan produksi barang sehingga tidak terjadi kenaikan harga-harga.
            Di sektor perbankan Indonesia, sampai tahun 2010 jumlah kantor bank-bank syariah mencapai 586 cabang. Prospek Ekonomi Islam di masa depan diperkirakan juga akan semakin cerah. Selain perbankan, sektor Ekonomi Islam lainnya yang juga mulai berkembang adalah asuransi syariah. Prinsip asuransi syariah pada intinya adalah kejelasan dana, tidak mengandung judi dan riba atau bunga. Melihat potensi umat yang ada di Indonesia, prospek asuransi syariah sangat menjanjikan. Dalam sepuluh tahun ke depan diperkirakan Indonesia bisa menjadi negara yang pasar asuransinya paling besar di dunia. Data dari Asosiasi Asuransi Syariah di Indonesia menyebutkan, tingkat pertumbuhan asuransi syariah  tahun 2010 mencapai 40 persen, sementara asuransi konvensional hanya 22,7 persen. Perbankan dan asuransi, hanya salah satu dari industri keuangan syariah yang kini sedang berkembang pesat.
Akan tetapi, meski sudah menunjukan eksistensinya, masih banyak kendala yang dihadapi bagi pengembangan Ekonomi Islam di Indonesia. Pemahaman masyarakat selama ini yang masih kurang memadai. Kendala lain yang cukup berpengaruh adalah kurangnnya dukungan dari para pengambil kebijakan di negeri ini, terutama menteri-menteri dan lembaga pemerintahan yang memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan ekonomi. Salah satu alternatif yang sesuai untuk diterapkan di Indonesia dalam rangka memperbaiki keterpurukan ekonomi yang terjadi di Indonesia dewasa ini adalah dengan cara mengembangkan Ekonomi Islam. Tentunya pengembangan Ekonomi Islam  ini tidak dapat berhasil dengan baik apabila tidak ada dukungan dari semua pihak baik pemerintah, ulama, cendekiawan, pengusaha, bahkan masyarakat sendiri.
Sudah saatnya ekonomi Islam diberikan kesempatan dalam perekonomian Indonesia sebagai alternatif sistem yang sudah ada sekarang. Sistem ekonomi yang telah terbukti dapat mensejahterakan masyarakat pada masa ke khalifahan Umar bin Abdul Azis (717-720 M). Maka menjadi hal yang sangat mungkin sejarah keemasan umat Islam dengan kesejahteraan yang merata dapat terulang kembali di Indonesia. Dengan mengambil kebaikan dari ekonomi yang ada sekarang dan koreksi dari sistem ekonomi konvensional akan menjadi kekuatan yang saling melengkapi dalam mensejahterakan rakyat Indonesia. Implementasi ekonomi syariah dalam berbagai bidang, seperti dalam sistem fianansial, sistem moneter,  dan sisterm fiskal dalam perekonomian akan membuat sebuah sistem ekonomi negara yang kokoh dan stabil.

Mimpi Osama sejak kecil



Osama pernah bercerita kepada bapaknya bahwa dalam mimpi, Osama melihat dirinya berada di sebuah area dataran yang luas. Osama melihat tentara menunggang kuda putih bergerak ke arahnya. Mereka semua mengenakan turban hitam. Salah satu penunggang kuda, yang memiliki mata mengkilap, mendatanginya dan bertanya, “ Apakah anda Osama bin Muhammad bin Laden?” Osama pun menjawab, “Ya, itu adalah saya.” Ia bertanya lagi, “Apakah anda Osama bin Muhammad bin Laden?” Osama  pun menjawab lagi “Ya, itu adalah saya.” Ia bertanya lagi “Apakah anda Osama bin Muhammad bin Laden?” kemudian Osama pun menjawab “Wallahi, aku adalah Osama bin Laden.” Kemudian ia pun memindahkan sebuah bendera kearah Osama  dan mengatakan, “Pegang bendera ini ke Imam Mahdi Muhammad bin Abdullah di gerbang Al-Quds. “Osama mengambil bendera darinya, dan melihat tentara mulai berbaris dibelakangku.”
Muhammad bin Laden (Bapak Osama) mengatakan, “Pada saat itu aku tekejut, namun karena bisnis di tempat kerja, aku lupa mengenai mimpi tersebut. Pagi hari selanjutnya, ia membangunkan ku sebelum  sholat subuh dan menceritakan mimpi yang sama. Hal yang sama terjadi di pagi hari yang ketiga. Sekarang, aku mulai khawatir dengan anakku. Akupun memutuskan untuk membawanya denganku ke seorang yang berpengetahuan (Alim) yang dapat menafsirkan mimpi-mimpi. Maka, aku membawa Osama kepada seseorang Alim dan memberikannya informasi mengenai seluruh kejadin. Ia menatap kami dengan heran dan bertanya, ‘Apakah ini anakmu yang sama yang telah bermimpi?’ akupun berkata, ‘Ya’ ia terus menatap Osama untuk beberapa saat. Kekhawatiran ku bertambah. Ia menghiburku dan mengatakan, ‘Aku akan mengajukan beberapa pertanyaan. Aku yakin anda akan menjawab semuanya dengan jujur.’ Ia bertanya pada Osama, ‘Nak, apakah kau ingat apapun mengenai bendera yang penunggang kuda berikan padamu?’ Osama menjawab, ‘Ya, aku mengingat itu.’ Ia bertanya padanya (Osama), ‘dapatkah kau menggambarkannya, bagaimana itu?’ Osama mengatakan, ‘bendera itu serupa dengan bendera Saudi Arabia, tapi tidak berwarna hijau namun hitam, dan disana terdapat sesuatu yang tertulis di dalamnya  berwarna putih.’ Ia pun mengajukan pertanyaan selanjutnya pada Osama, ‘Apakah kau pernah melihat dirimu sendiri berjuang?, Osama menjawab, ‘Aku sering melihat mimpi semacam itu.’ Kemudian ia meminta Osama untuk pergi keluar ruangan dan membaca Al-Qur’an. Kemudian orang alim itu berpaling padaku dan bertanya, ‘Dari mana keturunan anda berasal ? Aku menjawab dari Hadramawt di Yaman. Kemudian ia bertanya padaku untuk memberitahukan padanya mengenai suku ku. Aku pun menjawab bahwa kami berkaitan dengan suku  Shanwah yang mana adalah sebuah suku Qahtani dari Yaman. Kemudian ia menangis dan bertakbir dengan kencang dan memanggil Osama dan menciuminya sambil menangis. Ia pun mengatakan bahwa tanda-tanda waktunya sudah dekat. ‘Oh, Muhammad bin Laden, anakmu ini akan menyiapkan tentara untuk Imam Mahdi dan demi melindungi agamanya, ia akan berhijrah ke wilayah Khurasan.

Imam Syafi'i


“Kebaikan ada pada lima hal: kekayaan jiwa, menahan dari menyakiti orang lain, mencari rizki halal, taqwa dan tsiqqah kepada Allah. Ridha manusia adalah tujuan yang tidak mungkin dicapai, tidak ada jalan untuk selamat dari (omongan) manusia, wajib bagimu untuk konsisten dengan hal-hal yang bermanfaat bagimu”.
A.          Kelahiran dan kehidupan Imam Syafi’i

1.      Kelahiran. 
Kebanyakan ahli sejarah berpendapat bahwa Imam Syafi'i lahir di Gaza, Palestina, namun di antara pendapat ini terdapat pula yang menyatakan bahwa dia lahir di Asqalan; sebuah kota yang berjarak sekitar tiga farsakh dari Gaza. Menurut para ahli sejarah pula, Imam Syafi'i lahir pada tahun 150 H, yang mana pada tahun ini wafat pula seorang ulama besar Sunni yang bernama Imam Abu Hanifah.

2.      Nasab
Imam Syafi'i merupakan keturunan dari al-Muththalib, jadi dia termasuk ke dalam Bani Muththalib. Nasab Beliau adalah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin As-Sa’ib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Al-Mutthalib bin Abdulmanaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah di Abdul-Manaf. Ibunya masih merupakan cicit Ali bin Abi Thalib r.a.
Dari nasab tersebut, Al-Mutthalib bin Abdi Manaf, kakek Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie, adalah saudara kandung Hasyim bin Abdi Manaf kakek Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam .
Kemudian juga saudara kandung Abdul Mutthalib bin Hasyim, kakek Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam , bernama Syifa’, dinikahi oleh Ubaid bin Abdi Yazid, sehingga melahirkan anak bernama As-Sa’ib, ayahnya Syafi’. Kepada Syafi’ bin As-Sa’ib radliyallahu `anhuma inilah bayi yatim tersebut dinisbahkan nasabnya sehingga terkenal dengan nama Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie Al-Mutthalibi. Dengan demikian nasab yatim ini sangat dekat dengan Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam .
Bahkan karena Hasyim bin Abdi Manaf, yang kemudian melahirkan Bani Hasyim, adalah saudara kandung dengan Mutthalib bin Abdi manaf, yang melahirkan Bani Mutthalib, maka Rasulullah bersabda:

“Hanyalah kami (yakni Bani Hasyim) dengan mereka (yakni Bani Mutthalib) berasal dari satu nasab. Sambil beliau menyilang-nyilangkan jari jemari kedua tangan beliau.” (HR. Abu Nu’aim Al-Asfahani dalam Hilyah nya juz 9 hal. 65 - 66).


3. Masa Belajar
Setelah ayah Imam Syafi’i meninggal dan dua tahun kelahirannya, sang ibu membawanya ke Mekah, tanah air nenek moyang. Ia tumbuh besar di sana dalam keadaan yatim. Sejak kecil Syafi’i cepat menghafal syair, pandai bahasa Arab dan sastra sampai-sampai Al Ashma’i berkata,”Saya mentashih syair-syair bani Hudzail dari seorang pemuda dari Quraisy yang disebut Muhammad bin Idris,” Imam Syafi’i adalah imam bahasa Arab.

a.      Belajar di Makkah
Di Makkah, Imam Syafi’i berguru fiqh kepada mufti di sana, Muslim bin Khalid Az Zanji sehingga ia mengizinkannya memberi fatwah ketika masih berusia 15 tahun. Demi ia merasakan manisnya ilmu, maka dengan taufiq Allah dan hidayah-Nya, dia mulai senang mempelajari fiqih setelah menjadi tokoh dalam bahasa Arab dan sya’irnya. Remaja yatim ini belajar fiqih dari para Ulama’ fiqih yang ada di Makkah, seperti Muslim bin khalid Az-Zanji yang waktu itu berkedudukan sebagai mufti Makkah.
Kemudian beliau juga belajar dari Dawud bin Abdurrahman Al-Atthar, juga belajar dari pamannya yang bernama Muhammad bin Ali bin Syafi’, dan juga menimba ilmu dari Sufyan bin Uyainah.
Guru yang lainnya dalam fiqih ialah Abdurrahman bin Abi Bakr Al-Mulaiki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl dan masih banyak lagi yang lainnya. Dia pun semakin menonjol dalam bidang fiqih hanya dalam beberapa tahun saja duduk di berbagai halaqah ilmu para Ulama’ fiqih sebagaimana tersebut di atas.  

b.      Belajar di Madinah
Kemudian beliau pergi ke Madinah dan berguru fiqh kepada Imam Malik bin Anas. Ia mengaji kitab Muwattha’ kepada Imam Malik dan menghafalnya dalam 9 malam. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis dari Sufyan bin Uyainah, Fudlail bin Iyadl dan pamannya, Muhamad bin Syafi’ dan lain-lain.
Di majelis beliau ini, si anak yatim tersebut menghapal dan memahami dengan cemerlang kitab karya Imam Malik, yaitu Al-Muwattha’ . Kecerdasannya membuat Imam Malik amat mengaguminya. Sementara itu As-Syafi`ie sendiri sangat terkesan dan sangat mengagumi Imam Malik di Al-Madinah dan Imam Sufyan bin Uyainah di Makkah.
Beliau menyatakan kekagumannya setelah menjadi Imam dengan pernyataannya yang terkenal berbunyi: “Seandainya tidak ada Malik bin Anas dan Sufyan bin Uyainah, niscaya akan hilanglah ilmu dari Hijaz.” Juga beliau menyatakan lebih lanjut kekagumannya kepada Imam Malik: “Bila datang Imam Malik di suatu majelis, maka Malik menjadi bintang di majelis itu.” Beliau juga sangat terkesan dengan kitab Al-Muwattha’ Imam Malik sehingga beliau menyatakan: “Tidak ada kitab yang lebih bermanfaat setelah Al-Qur’an, lebih dari kitab Al-Muwattha’ .” Beliau juga menyatakan: “Aku tidak membaca Al-Muwattha’ Malik, kecuali mesti bertambah pemahamanku.”
Dari berbagai pernyataan beliau di atas dapatlah diketahui bahwa guru yang paling beliau kagumi adalah Imam Malik bin Anas, kemudian Imam Sufyan bin Uyainah. Di samping itu, pemuda ini juga duduk menghafal dan memahami ilmu dari para Ulama’ yang ada di Al-Madinah, seperti Ibrahim bin Sa’ad, Isma’il bin Ja’far, Atthaf bin Khalid, Abdul Aziz Ad-Darawardi. Ia banyak pula menghafal ilmu di majelisnya Ibrahim bin Abi Yahya. Tetapi sayang, guru beliau yang disebutkan terakhir ini adalah pendusta dalam meriwayatkan hadits, memiliki pandangan yang sama dengan madzhab Qadariyah yang menolak untuk beriman kepada taqdir dan berbagai kelemahan fatal lainnya. Sehingga ketika pemuda Quraisy ini telah terkenal dengan gelar sebagai Imam Syafi`ie, khususnya di akhir hayat beliau, beliau tidak mau lagi menyebut nama Ibrahim bin Abi Yahya ini dalam berbagai periwayatan ilmu.  

c.       Belajar di Yaman
Imam Syafi’i kemudian pergi ke Yaman dan bekerja sebentar di sana. Disebutkanlah sederet Ulama’ Yaman yang didatangi oleh beliau ini seperti: Mutharrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf Al-Qadli dan banyak lagi yang lainnya. Dari Yaman, beliau melanjutkan tour ilmiahnya ke kota Baghdad di Iraq dan di kota ini beliau banyak mengambil ilmu dari Muhammad bin Al-Hasan, seorang ahli fiqih di negeri Iraq. Juga beliau mengambil ilmu dari Isma’il bin Ulaiyyah dan Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi dan masih banyak lagi yang lainnya.

d.      Belajar di Baghdad, Irak
Kemudian pergi ke Baghdad (183 dan tahun 195), di sana ia menimba ilmu dari Muhammad bin Hasan. Ia memiliki tukar pikiran yang menjadikan Khalifah Ar Rasyid.  

e.       Belajar di Mesir
Imam Syafi’i bertemu dengan Ahmad bin Hanbal di Mekah tahun 187 H dan di Baghdad tahun 195 H. Dari Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Syafi’i menimba ilmu fiqhnya, ushul madzhabnya, penjelasan nasikh dan mansukhnya. Di Baghdad, Imam Syafi’i menulis madzhab lamanya (madzhab qodim). Kemudian beliu pindah ke Mesir tahun 200 H dan menuliskan madzhab baru (madzhab jadid). Di sana beliau wafat sebagai syuhadaul ilm di akhir bulan Rajab 204 H.  

B.           Karya-karya

 1.      Ar-Risalah
Salah satu karangannya adalah “Ar Risalah” buku pertama tentang ushul fiqh dan kitab “Al Umm” yang berisi madzhab fiqhnya yang baru. Imam Syafi’i adalah seorang mujtahid mutlak, imam fiqh, hadis, dan ushul. Ia mampu memadukan fiqh ahli Irak dan fiqh ahli Hijaz. Imam Ahmad berkata tentang Imam Syafi’i,”Beliau adalah orang yang paling faqih dalam Al Quran dan As Sunnah,” “Tidak seorang pun yang pernah memegang pena dan tinta (ilmu) melainkan Allah memberinya di ‘leher’ Syafi’i,”. Thasy Kubri mengatakan di Miftahus sa’adah,”Ulama ahli fiqh, ushul, hadits, bahasa, nahwu, dan disiplin ilmu lainnya sepakat bahwa Syafi’i memiliki sifat amanah (dipercaya), ‘adaalah (kredibilitas agama dan moral), zuhud, wara’, takwa, dermawan, tingkah lakunya yang baik, derajatnya yang tinggi. Orang yang banyak menyebutkan perjalanan hidupnya saja masih kurang lengkap,”  

2.      Mazhab Syafi'i
Dasar madzhabnya: Al Quran, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Beliau juga tidak mengambil Istihsan (menganggap baik suatu masalah) sebagai dasar madzhabnya, menolak maslahah mursalah, perbuatan penduduk Madinah. Imam Syafi’i mengatakan,”Barangsiapa yang melakukan istihsan maka ia telah menciptakan syariat,”. Penduduk Baghdad mengatakan,”Imam Syafi’i adalah nashirussunnah (pembela sunnah),”  

3.      Al-Hujjah
Kitab “Al Hujjah” yang merupakan madzhab lama diriwayatkan oleh empat imam Irak; Ahmad bin Hanbal, Abu Tsaur, Za’farani, Al Karabisyi dari Imam Syafi’i.  

4.      Al-Umm
Sementara kitab “Al Umm” sebagai madzhab yang baru Imam Syafi’i diriwayatkan oleh pengikutnya di Mesir; Al Muzani, Al Buwaithi, Ar Rabi’ Jizii bin Sulaiman. Imam Syafi’i mengatakan tentang madzhabnya,”Jika sebuah hadits shahih bertentangan dengan perkataanku, maka ia (hadis) adalah madzhabku, dan buanglah perkataanku di belakang tembok,”  

C.          Guru dan Murid-muridnya
  Guru-guru beliau : Al-Hafiz berkata, ”Imam Asy-Syafi’i berguru kepada muslim bin khalid Az-Zanji, Imam Malik bin Anas, Ibrahim bin Sa’ad, Sa’id bin Salim Al-Qaddah, Ad-Darawardi, Abdul Wahab Ats-Tsaqafi, dan banyak lagi yang lainnya.
Murid-murid beliau : Adalah Sulaiman bin Dawud Al-Hasyimi, Abu Bakar Abdullah bin Az-Zubair Al-Humaidi, Ibrahim bin Al-mundzir Al-Hizami, Imam Ahmad bin Hambal, dan yang lainnya..  

D.          Sakit dan Meninggalnya Beliau
  Dia menderita  penyakit yang kronis, sampai sampai darahnya mengalir ketika dia sedang   menaiki  kenderaannya.  Aliran  darah  itu  berceceran  sampai memenuhi  celana kenderaan dan telapak kakinya .

  Ar-Rabi’  bin  Sulaiman  berkata,  ”Imam  Asy-Syafi’i meninggal  pada malam  jum’at setelah maghrib. Pada waktu  itu aku berada disampingnya. Jasadnya di makamkan pada hari jum’at setelah ashar, hari terakhir di bulan rajab. Ketika kami pulang dari mengiringi jenazahnya kami melihat hilal bulan sya’ban tahun 204 Hijriyah.  

E.           Wasiat Beliau
  Sesunggunya beliau berwasiat kepada dirinya  sendiri dan orang  yang mendengar wasiatnya  ini untuk  tetap menghalalkan sesuatu yang dihalalkan Allah dalam kitab-Nya dan  dihalalkan  oleh  Nabi-Nya,  dan  mengharamkan  sesuatu  yang  diharamkan  dalam sunnah utusan-Nya. 

Janganlah  melampaui  batas-batas  ketentuan  yang  dihalkan  maupun  yang diharamkan  tersebut  dengan  hal  hal  lain.  Sesungguhnya  orang  orang  yang melampaui batas batas ketentuan tersebut berarti meninggalkan kewajiban yang ditetapkan Allah.  

F.            Sanjungan Ahmad bin Hanbal
Sewaktu di Baghdad, Imam Syafi’i selalu bersama Imam Ahmad bin Hanbal. Demikian cintanya pada Imam Syafi’i, sehingga putra-putri Imam Ahmad merasa penasaran kepada bapaknya itu. Putri Imam Ahmad memintanya untuk mengundang Imam Syafii bermalam di rumah untuk mengetahui perilaku beliau dari dekat. Imam Ahmad bin Hanbal lalu menemui Imam Syafi’i dan menyampaikan undangan itu. 
Ketika Imam Syafi’i telah berada di rumah Ahmad, putrinya lalu membawakan hidangan. Imam Syafi’i memakan banyak sekali makanan itu dengan sangat lahap. Ini membuat heran putri Imam Ahmad bin Hanbal. 
Setelah makan malam, Imam Ahmad bin Hanbal mempersilakan Imam Syafi’i untuk beristirahat di kamar yang telah disediakan. Putri Imam Ahmad melihat Imam Syafi’i langsung merebahkan tubuhnya dan tidak bangun untuk melaksanakan shalat malam. Pada waktu subuh tiba beliau langsung berangkat ke masjid tanpa berwudhu terlebih dulu. 
Sehabis shalat subuh, putri Imam Ahmad bin Hanbal langsung protes kepada ayahnya tentang perbuatan Imam Syafi’i, yang menurutnya kurang mencerminkan keilmuannya. Imam Ahmad yang menolak untuk menyalahkan Imam Syafi’i, langsung menanyakan hal itu kepada Imam Syafi’i. 
Mengenai hidangan yang dimakannya dengan sangat lahap beliau berkata: “Ahmad, memang benar aku makan banyak, dan itu ada alasannya. Aku tahu hidangan itu halal dan aku tahu kau adalah orang yang pemurah. Maka aku makan sebanyak-banyaknya. Sebab makanan yang halal itu banyak berkahnya dan makanan dari orang yang pemurah adalah obat. Sedangkan malam ini adalah malam yang paling berkah bagiku.” 
“Kenapa begitu, wahai guru?”
“Begitu aku meletakkan kepala di atas bantal seolah kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW digelar di hadapanku. Aku menelaah dan telah menyelesaikan 100 masalah yang bermanfaat bagi orang islam. Karena itu aku tak sempat shalat malam.” 
Imam Ahmad bin Hanbal berkata pada putrinya: “inilah yang dilakukan guruku pada malam ini. Sungguh, berbaringnya beliau lebih utama dari semua yang aku kerjakan pada waktu tidak tidur.” 
Imam Syafi’i melanjutkan: “Aku shalat subuh tanpa wudhu sebab aku masih suci. Aku tidak memejamkan mata sedikit pun .wudhuku masih terjaga sejak isya, sehingga aku bisa shalat subuh tanpa berwudhu lagi.” 
Dilain kesempatan Imam Ahmad bin Hanbal pernah berkata: “aku tidak pernah shalat sejak 40 tahun silam kecuali dalam shalatku itu aku berdoa untuk Imam Syafi’i.” 
Abdullah, putranya lantas bertanya: “wahai ayahku, seperti apa sih Syafi’i, sehingga ayah selalu erdoa untuknya?”
Imam Ahmad bin Hanbal menjawab: “wahai anakku, Imam Syafi’i bagaikan matahari bagi dunia dan seperti kesehatan bagi tubuh. Lihatlah anakku, betapa pentingnya dua hal itu.”
Abdul Malik bin Abdul Hamid al-Maimuni berkata: “Aku berada di sisi Ahmad bin Hanbal dan beliau selalu menyebut Imam Syafi’i. Aku selalu melihat beliau mengagungkan Imam Syafi’i.”  

G.          HIKMAH

1.         Ibadah, Kewara’an dan Kezuhudannya
  Bahr bin Nashr berkata, ”di masa Imam Asy-Syafi’i, aku belum pernah melihat dan
mendengar ada orang yang bertaqwa dan wira’i melebi Imam Asy-Syafi’i. Begitu juga aku belum pernah mendengarkan ada orang yang melantunkan Al-Qur’an dengan suara yang  lebih bagus darinya.”
Al-Husain  Al  Karabisi  berkata,  ”Aku  bermalam  bersama  Asy  Syafi’i  selama delapan puluh malam,  dia  selalu  sholat  sekitar  sepertiga malam. Dalam  sholatnya,  aku  juga tidak pernah melihatnya membaca Al-Qur’an kurang dari delapan puluh ayat, kalau pun lebih tidak lebih dari seratus ayat, ketika membaca ayat yang berisi rahmat, maka ia selalu  berdoa  untuk  dirinya  dan  orang mukmin  semuanya.  Dan  ketika membaca  ayat yang berisi adzab, maka  ia selalu memohon perlindungan dari Allah untuk dirinya dan orang mukmin semuanya. Kalau aku perhatikan, maka seolah olah rasa takut dan penuh harap berkumpul dan bersatu menjadi satu dalam dirinya.

2.         Kedermawanan
  Ibnu Abdil Hakam mengatakan bahwa  Imam Asy-Syafi’i adalah orang yang paling dermawan  terhadap  sesuatu  yang  ia miliki.  Ketika  ia  lewat  di  tempat  kami  dan  tidak melihat diriku maka ia meninggalkan pesan agar aku datang kerumahnya. Oleh karena itu aku sering makan siang dirumahnya. 
Ketika  aku  duduk  bersamanya  untuk  makan  siang,  maka  ia  menyuruh  budak perempuannya agar memasak makanan untuk kami. Lalu ia tetap setia menunggu di meja makan  hingga  kami  selesai  dari  makan.Dari  Ar-Rabi’  bin  sulaiman,  ia  berkata  ”ketika Imam  Asy-Syafi’i  sedang  meniki  keledai  melewati  pasar,  maka  tanpa  sadar  cemeti ditangannya  jatuh  mengenai  salah  seorang  tukang  sepatu,  sehingga  ia  pun  turun mengambil cemeti dan mengusap orang tersebut. Kemudian Imam Asy-Syafi’i  berkata Ar-Rabi’,  ”berikan  uang  Dinar  yang  ada  padamu  kepadanya,”  Ar-Rabi’  berkat  ”Aku  tidak tahu, enam atau sembilan dinar yang aku berikan kepada tukang sepatu tersebut.

3.         Keteguhan Mengikuti Sunnah dan Celaannya Terhadap Ahli Bid’ah
  Dari  Abu  Ja’far  At-Tirmidzi,  ia  mengatakan,  ”ketika  aku  ingin  menulis  kitab tentang pemikiran,tiba  tiba dalam  tidur  aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah. Aku bertanya kepada beliau, ya Rasulullah,  apakah  aku perlu menulis pemikiran  Imam Asy-Syafi’i  ?  Maka  beliau  bersabda,  ”sesungguhnya  itu  bukan  pemikiran,  Akan  tetapi,  itu adalah bantahan terhadap orang orang yang menentang sunnah-sunnahku.
Ketika Seseorang bertanya, ”Wahai Abu Abdillah, apakah kami boleh mengamalkan Hadist  dari  Rasulullah  itu  shahih  dan  aku  tidak menggunakannya, maka  aku  bersaksi kepada kalian bahwa akalku telah hilang.  

4.         Kepandaiannya Berkarya dan karya-karyanya membawa manfaat
  Imam Asy-Syafi’i adalah orang pertama kali yang berkarya dalam bidang Ushul Al-Fiqh  dan Ahkam Al-Qur’an.  Para  ulama  dan  cendekia  terkemuka  pada mengkaji  karya-karya Imam Asy-Syafi’i dan mengambil manfaat darinya.
Imam Asy-Syafi’i telah menulis kitab Ar-Risalah. Padahal pada saat  itu  Imam Asy-Syafi’i masih sangat muda. Dan masih banyak lagi karya-karyanya yang lain.

Dan beliau juga pandai dalam bersyair dan berkata mutiara, seperti:
-Ilmu bukanlah sesuatu yang dihafal,tetapi ilmu adalah sesuatu yang ada manfaatnya.
-Barangsiapa  membenarkan  ajaran  Allah,  maka  ia  akan  selamat.  Barangsiapa memperhatikan agamanya, maka ia akan selamat dari kehinaan.barangsiapa zuhud di dunia,  maka  hatinya  akan  ditenangkan  Allah  dengan  memperlihatkan  padanya balasan yang baik

  Dalam kesempatan  lain  Imam Asy-Syafi’i mengatakan,  ”Apabila hadist  itu adalah shahih maka ketahuilah bahwa sesungguhnya itu adalah mazhabku . Syafi’i, pernah berkata,”Seorang hamba melakukan semua jenis dosa selain syirik kepada  Allah  itu  masih  lebih  baik  daripada  hamba  yang  bemain-main  dengan  hawa nafsunya


 Demikian  yang  dapat  kami  paparkan  sedikit  tentang  Biografi  Imam  Asy-Syafi’i. Setelah mengetahuinya,  hati  ini  terasa  rindu  ingin  bersamanya menikmati  pemikirannya yang sempurna, pancaran kepadaiannya dan berkah kata-katanya.

Wallahu a’lam bishowab.

Jabir Ibnu Hayyan


Jabir

Jabir Ibnu Hayyan (750-803 M), yang lebih akrab dipanggil Si Geber dari Abad Pertengahan" juga dikenali sebagai "Bapak Ilmu Kimia Dunia”. Beliau yang nama penuhnya Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan, telah berhasil menempatkan dirinya sebagai ilmuwan terkemuka sejak dia belajar kimia di Kufah (sekarang Iraq) di sekitar tahun 776 M yang silam. Beliau pernah berguru pada Barmaki Vizier pada zaman Khalifah Abbasiyah pimpinan Harun Ar-Rasyid.
Sumbangan terbesar beliau ialah dalam bidang ilmu kimia. Beliau cukup terkenal karena hasil penulisan yang melebihi  seratus risalah yang telah diabadikan sehingga kini. Terdapat sebanyak 22 risalah yang antaranya berkaitan dengan ilmu kimia. Beliaulah yang memperkenalkan model penelitian dengan cara eksperimen didunia ilmu kimia.
Jabir banyak mengabdikan dirinya dengan melakukan eksperimen dan pengembangan kaedah untuk mencapai kemajuan dalam bidang penyelidikan. Beliau mencurahkan daya upayanya pada proses pengembangan kaedah asas ilmu kimia dan kajian terhadap berbagai mekanisme.
Pencapaian praktis utama yang disumbangkan oleh beliau ialah penemuan bahan mineral dan asid, yang telah dipersiapkan pertama kali dalam penelitian tentang alembik (Anbique). Rekaannya terhadap alembik membuat proses penyulingan menjadi lebih mudah dan sistematik.
Antara beberapa penemuannya yang lain dalam bidang kimia, salah satunya ialah dalam penyediaan asid nitrik, hidroklorik, sitrik, dan tartarik. Penekanan Jabir dalam bidang eksperimen sistematik ini diketahui umum tidak ada duanya didunia.
Oleh sebab itulah, mengapa Jabir diberi kehormatan sebagai "Bapak Ilmu Kimia Modern" oleh rekan sejawatnya diseluruh dunia. Bahkan dalam tulisan Max Mayerhaff, disebutkan bahwa jika ingin mencari seluk-beluk perkembangan ilmu kimia di Eropa maka boleh dicari langsung pada karya-karya Jabir Ibnu Hayyan.
Tegasnya,  Jabir merupakan seorang pelopor dalam beberapa bidang pengembangan ilmu kimia terapan. Sumbangan beliau termasuk juga dalam pembangunan keluli, penyediaan bahan-bahan logam, bahan antikarat, tinta emas, penggunaan biji mangan dioksida untuk pembuatan kaca dan bahan pengering pakaian.
Sumbangan beliau juga dalam menyediakan pelapisan bahan anti air pada pakaian, serta campuran bahan cat. Selain itu, beliau juga mengembangkan teknik peleburan emas dengan menggunakan bahan aqua regia.
Ide eksperimen Jabir itu sekarang telah menjadi dasar untuk mengklasifikasikan unsur-unsur kimia, terutamanya pada bahan logam, bukan logam, dan penguraian bahan kimia. Beliau telah merumuskan tiga bentuk berbeda dari bahan kimia berdasarkan unsur-unsurnya:
  1. Cecair (spirit)
  2. Logam, seperti:  emas,  perak,  timah,  tembaga, dan besi.
  3. Bahan campuran, yang boleh ditukar menjadi serbuk.
Pada abad pertengahan, risalah-risalah Jabir dalam bidang ilmu kimia termasuk kitabnya yang masyhur, Kitab Al-Kimya dan Kitab Al-Sab'een, telah diterjemahkan ke bahasa Latin. Bahkan terjemahan Kitab Al-Kimya telah diterbitkan oleh orang Inggeris yang bernama Robert Chester pada tahun 1444, dengan judul The Book of the Composition of Alchemy.
Buku kedua, Kitab Al-Sab'een diterjemahkan juga oleh Gerard dari Cremona. Berthelot pula menerjemahkan  beberapa  buku beliau, yang antaranya Book of Kingdom, Book of the Balances, dan Book of Eastern Mercury.
Berikutnya pada tahun 1678, seorang berbangsa Inggris, yaitu Richard Russel menerjemahkan karya Jabir yang lain dengan judul Sum of Perfection. Berbeda dengan pengarang sebelumnya, Richardlah yang pertama kali menyebut Jabir dengan sebutan Geber. Dialah yang memuji Jabir sebagai seorang pendeta Arab dan juga ahli falsafah.
Buku ini kemudiannya menjadi sangat popular di Eropa selama beberapa abad lamanya dan telah memberi pengaruh yang cukup besar kepada evolusi ilmu kimia modern. Istilah alkali, pertama kali ditemukan oleh Jabir.

Al-Khawarizmi




Tokoh yang bernama lengkap Abu Ja’far Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi (780-846 M) ini merupakan intelektual muslim yang banyak menyumbangkan karyanya di bidang matematika, geografi, musik, dan sejarah. Dari namanyalah istilah algoritma diambil.
Lahir di Khawarizmi, Uzbeikistan, pada tahun 780 M. Kepandaian dan kecerdasannya mengantarkannya masuk ke lingkungan Dar al-Hukama (Rumah Kebijaksanaan), sebuah lembaga penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang didirikan oleh Ma’mun Ar-Rasyid, seorang khalifah Abbasiyah yang terkenal.
Sumbangan Al-Khawarizmi dalam ilmu ukur sudut juga luar biasa. Tabel ilmu ukur sudutnya yang berhubungan dengan fungsi sinus dan garis singgung tangen telah membantu para ahli Eropa memahami lebih jauh tentang ilmu ini.
Selain matematika, Al-Khawarizmi juga dikenal sebagai astronom. Di bawah Khalifah Ma’mun, sebuah tim astronom yang dipimpinnya berhasil menentukan ukuran dan bentuk bundaran bumi. Penelitian ini dilakukan di Sanjar dan Palmyra. Hasilnya hanya selisih 2,877 kaki dari ukuran garis tengah bumi yang sebenarnya. Sebuah perhitungan luar biasa yang dapat dilakukan pada saat itu. Al-Khawarizmi juga menyusun buku tentang penghitungan waktu berdasarkan bayang-bayang matahari.
Al-Khawarizmi juga seorang ahli geografi. Bukunya, Surat al-Ardl (Bentuk Rupa Bumi), menjadi dasar geografi Arab. Karya tersebut masih tersimpan di Strassberg, Jerman.
Selain ahli di bidang matematika, astronomi, dan geografi, Al-Khawarizmi juga seorang ahli seni musik. Dalam salah satu buku matematikanya, Al-Khawarizmi menuliskan pula teori seni musik. Pengaruh buku ini sampai Eropa dan dianggap sebagai perkenalan musik Arab ke dunia Latin. Dengan meninggalkan karya-karya besarnya sebagai ilmuwan terkemuka dan terbesar pada zamannya, Al-Khawarizmi meninggal pada tahun 846 M di Bagdad.

Al-Kindi

Nama lengkap Abu Yusuf Yakub Ibnu Ishak Al-Sabbah Ibnu Imran Ibnu Al-Asha’ath Ibnu Kays Al-Kindi. Belilau biasa disebut Yakub. Lahir pada tahun 185H/805M di Kufah. Al-Kindi berasal dari suku Arab yang terpandang dan memainkan peran utama dalam dunia pemikiran Islam.
Al-Kindi memulai pelajarannya di Kufah, kemudian di Basrah, dan Baqhdad, Ibnu Al-Nadim seorang pustakawan yang terpercaya menyebutkan adanya 242 buah karya Al-Kindi dalam bidang logika, metafisika, aritmatika, falak, musik, astrologi, geometri, kedokteran, politik dan sebagainya.
Tentang filsafat Al-Kindi memandang bahwa filsafat haruslah diterima sebagai bagian dari peradaban Islam. Ia berupaya menunjukkan bahwa filsafat dan agama merupakan dua barang yang bisa serasi, ia menegaskan pentingnya kedudukan filsafat dengan menyatakan bahwa aktifitas filsafat yang definisinya adalah mengetahui hakikat sesuatu sejauh mana kemampuan manusia dan tugas filosof adalah mendapatkan kebenaran.
Tentang alam, Al-Kindi mengatakan bahwa alam inI adalah illat-Nya. Alam itu tidak mempunyai asal, kemudian menjadi ada karena diciptakan Tuhan. Al-Kindi juga menegaskan mengenai hakikat Tuhan, Tuhan adalah wujud yang hak (benar) yang bukan asalnya tidak ada menjadi ada, ia selalu mustahil tidak ada, jadi Tuhan adalah wujud yang sempurna yang tidak didahului oleh wujud yang lain.